Hikmah Dibalik Musibah

Hikmah Dibalik Musibah-Raja yang gemar berburu. Alkisah disebuah negri, hiduplah seorang raja yang gemar berburu. Setiap kali berburu. Sang Raja selalu di temani oleh penasehat kerajaan. Hingga suatu hari Raja memanggil penasehatnya.''

Penasehat sudah lama kita tidak berburu bagaimana kalau kita besok berburu lagi?'' Baik paduka, kebetulan saya juga sudah lama tidak jalan-jalan keluar kerajaan,'' jawab penasehatnya. Esok haripun tiba. Raja dan penasehat memulai untuk berburu ketengah hutan. Setelah mereka berburu sekian jam lamanya dengan hewan hasil berburuannya. Raja merasa ingin istirahat. ''Penasehat kita istirahat disini,''kata Raja''. ''Baik paduka,'' jawab penasehat. Merekapun beristirahat melepas lelah dibawah pohon yang rindang sambil membuka perbekalan yang mereka bawa.
hikmah musibah
Penasehat segera membuka perbekalan yang mereka bawa dan menyiapkan makanan dan minuman dan buah-buah segar. Raja mengambil sebilah pisau untuk memotong buah apel yang ada digenggamannya. Sementara hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa daun-daun pepohonan seolah-olah meninabobokan sang Raja. Raja pun mulai terserang kantuk yang begitu berat hingga tak sadar pisau yang digunakan untuk memotong apel itu menggores tangannya hingga jari kelingking sang Raja terputus.

Sontak sang Raja berteriak panik.''Astaga! penasehat ! jariku terpotong! jariku terpotong! lihatlah penasehat! jari kelingkingku terpotong pisau! penasehat jariku cacat! Bagaimana ini penasehat. Tentu saja penasehatpun bingung dibuatnya. Apa yang bisa diperbuat untuk meredakan kepanikan sang Raja? Ia taj bisa menyambungkan jari kelingking sang Raja yang sudah putus. Tetapi ia sadar bahwa sebagai penasehat ia harus melakukan sesuatu. Iapun mulai usaha untuk menenangkan sang Raja atas kejadian yang sudah menimpanya. '' Paduka ambil hikmahnya saja . Mungkin ini yang terbaik dari sang pencipta untuk sang Paduka''.

Mendengar kata-kata dari penasehat raut wajah Raja berubah menjadi merah dengan sorot mata yang tajam kepada penasehat. Sang raja marah besar karena menganggap  penasehat menganggap telah meremehkan derita yang sedang dialaminya''cukup!!'' hardik sang raja.'' Enak saja mulutmu mengatakan ambil hikmahnya! ini yang terbaik! hai penasehat kau tidak merasakan apa yang aku alami saat ini!. Penasehat tidak berguna!''Raja sangat kecewa dan tersinggung dengan ucapan penasehat yang di anggap telah melecehkan kehormatan seorang Raja.

Akhirnya penasehat itu dijebloskan kedalam penjara. Penasehat itu bukannya memohon ampun kepada sang Raja dan menyesali kata-katanya, tapi malah mengatakan ,'' mungkin ini yang terbaik untuk hamba''. Berhari-hari Raja nampak murung. Ia selalu meratapi kejadian yang menimpa dirinya. Ia malu pada rakyatnya karena ia kehilangan salah satu jari tangannya. Masih terniang ditelinga Raja kata-kata penasehat'' Ambil Hikmahnya, ini yang terbaik'' membuat sang Raja semakin kesal. Raja pun telah mengangkat seorang penasehat baru untuk menggantikan penasehat lama yang sudah didalam penjara.

Beberapa waktu kemudian Raja memanggil penasehat barunya. ''wahai penasehat aku sudah lama tidak berburu maka siapkanlah peralatandan perbekalan. Esok temani aku berburu.'' kata sang Raja. Baik paduka. Hamba laksanakan''jawab penasehat baru. Maka keesokan hari berangkatlah Raja dan penasehat untuk berburu didalam hutan. Perburuan kali ini Raja begitu semangat, mengejar dan membidik hewan-hewan buruandengan anak panahnya. Karna semangatnya Raja pun semakin jauh lari kedalam hutan. Raja dan penasehat barunya tidak menyadari bahwa mereka telah masuk kedalam hutan belantara yang sangat berbahaya. Karna didalam hutan itu ada suku primitif yang suka mengorbankan manusia sebagai persembahan bagi dewa-dewa mereka.

 Raja dan penasehat barunya tersadar ketika sudah di kepung oleh suku primitif tersebut. Mereka tak mampu berbuat apa-apa lagi. Raja pun hanya pasrah dengan keadaan yang menimpanya, demikian halnya dengan penasehat baru. Sementara rakyat suku primitif bersorak sorai gembira karna akan melaksanakan pesta persembahan kepada para dewa. Mereka memilih Raja yang pertama untuk dipersembahkan dimalam hari, sedangkan penasehat masih ditahan untuk persembahan berikutnya. Para korban biasanya dimandikan didandani dan diberi wewangian, kemudian dipanggang di atas api. Sementara rakyat suku primitif menari-nari dan menyanyi diiringi tabuhan genderang. Merekapun mulai memandikan sang raja.

Namun betapa terkejut mereka dengan melihat jari sang Raja hilang satu. Akhirnya kepala suku primitif memutuskan calon korban satu ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan persembahan karena fisiknya tidak sempurna. Maka sang Raju pun diusir dari kampung suku primitif dan dengan dimaki-maki sebagai orang yang cacat dan tidak pantas untuk dijadikan sebagai persembahan para dewa mereka. Sang Raja tak menghiraukan cacian mereka, ia hanya berlari sekuat tenaga menjauhi suku primitif yang hampir saja merenggut nyawanya. Sambil berlari Raja pun teringat dengan kata-kata penasehat lamanya.''Ambil Hikmahnya mungkin ini yang terbaik''. Meneteslah Air mata sang Raja.

Ia baru sadar dengan kata-kata penasehat lamanya. Singkat cerita Raja pun sampai dikerajaannya. Namun ia tidak menuju istana yang ia tempati melainkan yang ia tuju adalah penjara penasehat lama yang ia kurung. Begitu sampai dipenjara ia meminta kepada penjaga penjara untuk membebaskan penasehat lamanya, lalu san Raja memeluk ereat penasehat lamanya sambil menangis dipundak sang penasehat. Maafkan aku penasehat.. maafkan aku, aku telah berbuat aniaya kepadamu..Benar kata-katamu penasehat..andai jariku tak hilang satu.. akhirnya sang raja menceritakan kejadian yang baru saja menimpa dirinya.

Akhirnya penasehat lama diangkat lagi dan ditambah hadiah yang besar untuk penasehat dan anggota keluarganya. Sejak saat itu Raja banyak merenung dan bertafakkur agar lebih mudah membacah hikmah dalam peristiwa yang terjadi didalam kehidupan. Sementara sang penasehat dengan sabar terus mendampingi sang Raja dan memberikan nasehat-nasehat yang baik kepada sang Raja agar lebih arif didalam memimpin rakyatnya. Suatu hari Raja teringat dengan kata-kata sang penasehat ketika dimsukkan kedalam penjara penasehat itu mengatakan '' mungkin ini yang terbaik untuk hamba''.

 Raja masih penasaran dengan kata-kata itu, lalu Raja bertanya apa maksud dari kata-katmu itu wahai penasehat..? Penasehat menjawab.'' Paduka andai aku tidak dimasukkan kedalam penjara maka saat itu akulah yang menemni paku berburu ditengah hutan. Maka akulah yang akan menjadi korban sesembahan dewa-dewa mereka. Raja pun tersenyum sambil menepuk pundak sang penasehat.'' Kau memang penasehat yang sangat bijaksana. Aku bangga kepadamu. Bersyukurlah tuhan telah karuniakan banyak hikmah didalam hatimu. Aku banyak belajar darimu.


HIMAHNYA

1.Yakini bahwa keadaan apapun yang Allah tetepkan kepada kita, itulah yang terbaik untuk kita menurut Allah. Firman Allah : Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi(pula) kamu menyukai sesuatu, padal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.''(Al-baqoroh:216)

2.Belajarlah mengambil Himah dari setiap musibah, hingga tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan keterpurukan.Yakini bahwa tidak ada sekecil apapun kejadian didunia ini  hingga dedaunan yang jatuh dimuka bumi kecuali semua atas izin Allah. Sabda nabi SAW.'' Iman kepada Qodar bisa menghilangkan susah besar dan susah kecil''(Alhakim).

3.Jangan pernah mencela ataupun menyalahkan Allah dengan Qodarnya/takdirnya. Setiap yang Allah tetapkan kepada hambanya bukanlah sesuatu yang sia-sia, namun terkandung makna didalamnya. Ingat firman Allah: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan peringatan malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang ingat kepada Allah dengan berdiri,duduk atau berbaring dan mereka memikir kan tentang penciptaan langit dan bumi(seraya berkata)'' ya tuhanku tidaklah Engkau ciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka(Ali imrom-190-191).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel