Mari berhaji Labbaik Allahumma Labbaik

Mari berhaji Labbaik Allahumma Labbaik-Sebagaian besar kaum muslim tentu sangat merindukan bisa menunaikan ibadah haji. Bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban, bagi mereka ibadah haji adalah panggilan spritual, karena menunaikan ibadah haji atau yang populer disebut naik haji tidak bisa sewaktu-waktu. Selain ada momen kusus, naik haji ketanah suci juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit,seiring lokasi yang begitu jauh.mereka yang tidak punya materi yang lebih harus menabung. Berikut ini ada beberapa contoh orang-orang yang berjuang keras menabung dalam waktu lama untuk bisa berangkat berhaji. Mereka bukan orang kaya dari sisi materi.

Profesi mereka beragam , ada yang tukang parkir, tukang becak, buruh tani, dan penjahit rumahan, Untuk memenuhi panggilan ketanah suci merekapun telaten menabung. Tentu butuh waktu tidak sebebtar agar terkumpul biaya haji. Mereka menabung belasan tahun, bahkan ada yang menabung sejak era perang melawan Belanda. berikut kisah-kisah perjuangan mereka:

MASJIDIL HAROM

Kakek Ambari menabung sejak zaman perang 

Kakek Ambari bin Ahmad(90), warga kelurahan pelandakan, kecamatan Harjamukti, Kab Ceribon jawa barat, Kakek Ambari ini berniat untuk memnunaikan ibadah haji tertanam sejak usia 30 tahun.

'' Saya buat celengan dari kaleng biskuit lalu saya patri sendiri. Hsil dari panen saya masukan kecelengan, berapun hasilnya, mau satu sen atau satu ketip,'' kata buruh tani itu''. Disela perbincangan, kakek yang berprofesi sebagai buruh tani itu, mencoba mengingat kembali perjuangan hidupnya, mengumpulkan segala mata uang rupiah sejak zaman Presiden Sukarno, niat berangkat haji bermotivasi oleh ayahnya Ahmad yang menunaikan ibadah haji saat itu.

 Dari motivasinya itu, dia mualai menabung dicelengan sejak tahun 1949. Suka dukanya menabung dicelengan saat itu masih diingatnya,''Sambil ikut berperang, saya juga menyempatkan diri menabung. Kalau ada penjajah Belanda, celengan saya pendem ditanah lalu saya kabur sebentar, lalu malamnya saya ambil lagi,'' ucap dia. '' Uang yang saya tabung kan sudah tidak laku di zaman sekarang, jadi saya jual ke kolektor atau kepasar loak, dibayar dengan rupiah, kemudian saya tabung lagi. Sampai terkumpul Rp35 juta, saya bayarkan biaya haji juga tunai dan baru tahun ini saya berangkat,'' kata dia.

  Tukang Parkir Naik Haji Setelah Menabung 30 Tahun

Bardi Syafii(53) sudah lama memendam niat menunaikan ibadah haji. Bersama sang istri, Rumiyati (49), sejak 1985 ia membulatkan tekad berangkat ketanah Suci. Untuk itu, keduanya bekerja keras dan menyisihkan uang khusus'' saya buka lapak jualan koran dll dimangkubumi. Dulu saya sisihkan 500-1000 sedikit demi sedikit,''ujar Bardi diyogyakarta, selasa 2 Agustus 2016. Adapun istrinya.

Rumiyati membuka warung lotek dijalan mangkubumi untuk menambah tabungan pergi haji. Kerja keras tak selamanya mendapat dukungan  dari teman-temannya.'' ada yang tanya: kamu dan istrimu keja siang malam uangnya itu mau buat apa? Saya jawab mau buat naik haji, eeh malah mereka tertawa, akan tetapi itu menjadi penyemangat saya,'' kata Bardi.

Untuk menambah uang tabungannya, mulai 2001 Bardi menjadi tukang parkir dikawasan dijalan mangkubumi kota yogyakarta. Dari usaha ini, ia bisa dapat penghasilan sekitar Rp 75.000 per hari. Setiap usai menjaga parkir ia bisa menabung  Rp 5.000 sampai 10.000. Bardi menegaskan  niat pergi haji memang harus  dijaga benar jika ingin pergi haji. Pada 2005, ia mengingkari  janjinya dengan menggunakan uang tabungan untuk pergi haji untuk bisnis properti. Bukan untung tapi merugi karna tanah yang dibelinya  bermasalah. Dengan pengalaman itu dan karna dengan tekat yang matang akhirnya Bardi da istrinya melanjutkan untuk pergi ketanah suci.

Pencari Rumput Yang Berjuang Untuk Berangkat Hji

Seorang pencari rumput untuk niat pergi haji juga dicertikan ada di kota semarang  yaitu Mutaji(58) akhirnya bisa melaksanakan ibadah haji bersama sang istri Munawaroh (57).Untuk biaya naik haji yang tidak sedikit. Mutaji memutar otak dan akhirnya memilih untuk mencari rumput.Tidak hanya itu, ia juga mencari modal ke orang yang ia kenal,hingga akhirnya Mutaji mendapat modal 8 ekor sapi untuk dipelihara,''pertama itu saya mendapat 8 ekor sapi , itupun bukan sapi saya ,'' ungkapnya.

Mencari rumput untuk 8 ekor sapi itu bukan perkara mudah terlebih lagi kalau musim kemarau, jarak yang ditempuhpun cukup jauh  sekitar 4km dengan menggunakan gerobak sapi.

Terkadang ia juga harus menginap untuk berjaga sesuai giliran dengan rekannya.''Niat saya kerja untuk Haji.'' Mintak kepada Allah setiap malam,'' tegas kakek bercucu 5 itu. Setelah 8 sapi itu dijual, ia baru mendapatkan keuntungan yang juga berupa sapi. Hal itu terus berlanjut hingga akhirnya Mutaji memiliki 5 ekor sapi, pada tahun 2010. Saat itulah ia dan istrinya  mendaftar haji kekantor Kementerian Agama Kota Semarang .'' Sapi kami jual dapat Rp 54 juta. Terus daftar haji habis 50 juta berdua waktu itu. Dan masih sisa 4 juta, pungkas Mutaji.

Penjahit Rumahan Wujudkan Mimpi Ibunda Berhaji

Marsini (45) warga kejambon, kota tegal, jateng. Kini bisa bernapas lega. Setelah  menabung selama 23 tahun lamanya, ia akan berangkat ketanah suci untuk menunaikan ibadah haji untuk menunaikan rukun islam kelima itu. Tak hanya itu, ia mengajak ibu kandungnya yang sudah berusia 83 tahu.Ia mengatakan '' Ketekunannya menjahit sejak masih gadis dan menyisihkan uang setiap bulan untuk menabung biaya haji yang kini sudah membuatnya berhasil. Sejak tahun 1993 lalu saya sudah menekuni usaha jahit rumahan. Alhamdulillah, usaha keras saya selama puluhan tahun lalu sebentar lagi saya dan ibu kandung saya Rastini, bisa mendapat kesempatan berkunjung kerumah Allah SWT '' Ucap Marsini, saat ditemui dikediamannya, selasa 16 Agustus 2016.

Itulah deretan kisah nyata yang mungkin bisa menjadi motivasi untuk kita yang mungkin ingin berkunjung ketanah Suci.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel