Kisah Muti'ah dan Fatimah

Kisah Muti'ah dan Fatimah.Siapakah orang yang lebih dulu masuk Surga. Tentu Rosululloh SAW. Lalu kebalikannya, siapakah wanita yang lebih dulu masuk Surga. Nah... Inilah yang harus kita ketahui siapakah dia, sehingga di mendapat kedudukan yang terhormat, lebih jelasnya ada dicerita dibawah ini.
gambaran wanita berhijab

Selamat membaca.

Suatu ketika Fatimah(putri Rosululloh) bertanya kepada nabi. Siapakah wanita yang paling dulu masuk Surga wahai Rosululloh. Muti'ah, jawab beliau. Fatimah pun terkejut, ternyata buakan dirinya seperti yang dibayangkannya, mengapa justru orang lain, padahal dia adalah putri Rosululloh SAW. Maka timbulah Fatimah ingin mengetahui siapa sebenarnya Muti'ah itu? dan apakah yang telah diperbuatnya hingga dia dapat kehormatan yang begitu tinggi.

Setelah itu Fatimah meminta izin kepada suaminya yaitu Ali bin Abi Tholib untuk menemui Muti'ah dengan didampingi oleh putranya yaitu hasan yang saat itu masih kecil. Setelah sampai dirumah Muti'ah Fatimah mengucapakan salam: Assalamualaikum...Waalaikum salam! siapa diluar sana? terdengar jawaban lemah lembut dari dalam rumah, suaranya cerah dan merdu. Saya Fatimah putri Rosululloh.'' Sahut Fatimah'' kembali. 

Alhamdulillah alangkah bahagianya saya hari ini. Fatimah putri Rosululloh mau kadang kerumahku ini.'' Terdengar kembali jawaban dari dalam rumah. Suara itu terdengar ceria dan semakin mendekat pintu. Sendirian Fatimah?'' tanya Muti'ah seraya membukakan pintu. Aku ditemani Hasan '' jawab Fatimah.

'' Aduh maaf ya'' kata Muti'ah, suara terdengar menyesal. Saya belum dapat izin dari suami untuk menerima tamu laki-laki.'' Tapi hasankan masih kecil'' jelas Fatimah''. Meskipun masih kecil Hasan kan laki-laki.'' Besok saja anda datang lagi ya, saya akan minta izin dulu kesuami saya'' kata Muti'ah'' sambil menyesal dengan menggeleng-gelengkan kepala. 

Kemudian Fatimah pulang kerumah bersama Hasan. Keesokan hari Fatimah datang lagi akan menemui Muti'ah. Kali ini Fatimah ditemani Hasan dan Husain. Setelah memberikan salam dan dijawab oleh Muti'ah , masih didalam rumah. Muti'ah. Wahai Fatimah apakah masih bersama hasan putramu? suamiku telah memberikan izin kepadaku.

''Ya, aku dan kedua anakku hasan dan husain'', jawab Fatimah.,'' Haa...kenapa tidak bilang, yang mendapat izin hanya hasan sedangkan husain aku belum minta izin kepada suamiku. Terpaksa aku tidak bisa menerimanya juga. Dengan perasaan menyesal kali ini Muti'ah juga menolak kembali. Hari yang kedua Fatimah pun gagal lagi menemui Muti'ah. Dan keesokan harinya Fatimah datang lagi menemui Muti'ah. Mereka disambut baik oleh mutiah dirumahnya. 

Keadaan rumah Muti'ah sangatlah sederhana, tak ada satupun perabotan mewah yang menghiasi rumah Muti'ah, namun semuanya tertata rapi. Tempat tidur yang rapi,juga terlihat bersih alasnya yang begitu putih terlihat baru dicuci. Bau dalam ruangan begitu harum dan segar, membuat orang betah tinggal didalamnya.

 Fatimah kagum melihat keadaan rumah Muti'ah yang begitu menyenangkan, sehingga Hasan dan Husain merasa betah didalam rumah Muti'ah, padahal biasanya Hasan dan Husain tidak betah bila bermain ditempat orang lain. Maaf ya saya tidak bisa menemani Fatimah duduk dengan tenang, sebab saya harus menyiapkan makanan untuk suamiku'' Kata Muti'ah sambil mondar-mandir dari dapur keruang tamu. Mendekati tengah hari masakan sudah siap dihidangkan, kemudian ditaruh dimeja, dan Muti'ah mengambil cambuk dan diletakkan di meja dekat dengan makanan itu. Suamimu kerja dimana? kata Fatimah. Di ladang'' jawab Muti'ah. Seorang pengembala,'' tanya lagi Fatimah''.

Bukan suamiku bercocok tanan'' Tapi mengapa enkau membawakan cambuk. Oh itu, sahut Muti'ah dengan tersenyum.'' cambuk kusediakan untuk keperluan lain. Maksudnya begini Fatimah, jika suamiku sedang makan,lalu kutanyakan, apakah masakanku cocok atau tidak. jika suamiku cocok dengan makanan yang aku masak maka tidak terjadi apapun. 

Tapi jika makanannya tidak cocok, maka cambuk itu akan aku berikan kepada suamiku untuk menyambuk punggungku, berarti saya tidak bisa melayani suamiku dan menyenangkan hatinya. jawab Muti'ah. Apakah itu kehendak suamimu wahai Muti'ah..? tanya Fatimah. Keheranan.

Bukan ,suamiku adalah suamiku yang penuh kasih sayang. Ini adalah kehendakku sendiri, agar aku jangan sampai durhaka kepada suamiku, mendengar penjelasan itu. Fatimah merasa heran dan menggeleng-gelengkan kepala, kemudian Fatimah pamit dan pulang kerumah. Ditengah perjalanan pulang. Fatimah berkata dalam hatinya.

''Pantas saja Muti'ah kelak adalah seorang wanita yang masuk surga pertama kali.''

Muti'ah sangat berbakti kepada suaminya, dengan tulus.Perilaku kesetiaan itu bukan lambang dari perbudakan kaum wanita oleh laki-laki.Akan tetapi merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama.

 semoga artikel ini bisa untuk motivasi bagi kaum wanita khususnya agar menjadi wanita yang solehah dan kelak mendapat derajat surga yang tinggi di hadapan Allah SWT.

 Amin yarobbal a'lamin

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel