Kisah mengharukan anak yang membawa hidayah
Thursday, September 05, 2019
Edit
Kisah mengharukan anak yg membawa hidayah-Mendekati seremoni maulid nabi muhammad saw, kami menghadirkan beberapa kisah islami yang mampu menjadi inspirasi anda. Semoga kisah yg satu ini membuat ibadah anda semakin baik dan menjadi pengingat kiprah seorang ayah dan suami di pada famili.
Di suatu malam, seorang laki-laki yg baru selesai bekerja masuk ke dalam tempat tinggal . Beliau dikejutkan menggunakan suara isak tangis anak laki-lakinya yang akan beranjak remaja. Bunyi itu asal dari kamar sang anak laki-laki . Laki-laki itu eksklusif masuk ke dalam kamar dan menemukan anaknya menangis tersedu-sedu.
"mengapa kau menangis?" tanya oleh ayah.
Selesainya mengatur napasnya, sang anak pria menjawab, "tetangga kita, kakung ahmad mangkat dunia tadi pagi,"
Oleh ayah berdecak merendahkan. "tua bangka itu sudah mangkat ? Ya sudah, biarkan saja dia mati, apa urusanmu hingga kau menangisinya? Dasar anak kolot!" ujar sang ayah dengan suara tinggi. "aku pikir telah terjadi bala di rumah ini sampai kau menangis. Ternyata kau hanya menangisi opa tua itu. Bisa-mampu sehabis aku meninggal nanti, kamu tidak akan menangis mirip saat ini. Dasar anak dungu!"
Sang anak pulang berlinang air mata sambil memberanikan diri menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana kata-istilah itu mampu keluar dari bibir ayahnya sendiri.
"iya ayah, kelak saya tidak akan menangisi kepergian ayah mirip saya menangisi kepergiannya. Dialah orang yang menuntun tanganku guna salat jumat dan salat subuh berjamaah. Dialah yg membuatku sadar bahwa sahabat-sahabat bergaulku memberi efek yang buruk . Asal dialah aku belajar membaca al-quran," ujar sang anak menggunakan air mata yang masih berlinang. Anak pria itu mengucapkan seluruh istilah-konon menggunakan halus, tanpa meningkatkan sedikitpun nada suaranya.
"sementara ayah, didikan apa yang sudah ayah berikan padaku? Ayah memang ayahku secara biologis, namun kakek ahmad merupakan ayah bagi keimananku. Hari ini aku menangisi kepergiannya sebab dialah yg membuatku dekat dengan allah swt," lanjutnya sembari mengusap air mata yg tersisa. Pada dasarnya hatinya terasa sakit mengucapkan seluruh itu, tetapi itulah informasi yang beliau rasakan selama ini.
Waktu itu, oleh ayah membisu. Ada rasa sakit pada hatinya karena sang anak berani mengucapkan istilah-istilah itu. Tetapi sebuah fakta kadang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kebohongan. Sang pria memahami bahwa apa yang dikatakan putranya merupakan sebuah liputan. Benar bahwa dirinya selama ini tidak pernah mengajarkan amalan serta didikan perihal kepercayaan sebagaimana kewajiban orang tua di anaknya.
Pria itu akhirnya melelehkan air mata. Bulir-bulir air itu menetes pada pipinya. Dipeluknya anak pria yg tidak dia sadari sudah lebih tinggi serta semakin dewasa. Dulu putranya masih begitu mungil, kini tinggi mereka hampir sama. Dielusnya zenit kepala putranya, "maafkan ayah.."
Sejak malam itu, oleh laki-laki berjanji akan sebagai ayah yang baik. Tidak hanya mencukupi materi, tetapi juga mencukupi kebutuhan sang anak akan keimanan serta ketakwaan di allah swt. Beliau tak pernah lagi meninggalkan salat wajib dan salat jumat. Kini oleh ayah sudah bisa menjadi ayah sejati untuk anak serta keluarganya.
Ladies, semoga kisah ini membentuk anda dan famili ingat bahwa anak artinya titipan tuhan. Bagaimana dia tumbuh serta berkembang merupakan tanggung jawab orang tua, termasuk bagaimana membuatnya memiliki keyakinan teguh terhadap agamanya. Semoga anda menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak anda.
Di suatu malam, seorang laki-laki yg baru selesai bekerja masuk ke dalam tempat tinggal . Beliau dikejutkan menggunakan suara isak tangis anak laki-lakinya yang akan beranjak remaja. Bunyi itu asal dari kamar sang anak laki-laki . Laki-laki itu eksklusif masuk ke dalam kamar dan menemukan anaknya menangis tersedu-sedu.
"mengapa kau menangis?" tanya oleh ayah.
Related
Selesainya mengatur napasnya, sang anak pria menjawab, "tetangga kita, kakung ahmad mangkat dunia tadi pagi,"
Oleh ayah berdecak merendahkan. "tua bangka itu sudah mangkat ? Ya sudah, biarkan saja dia mati, apa urusanmu hingga kau menangisinya? Dasar anak kolot!" ujar sang ayah dengan suara tinggi. "aku pikir telah terjadi bala di rumah ini sampai kau menangis. Ternyata kau hanya menangisi opa tua itu. Bisa-mampu sehabis aku meninggal nanti, kamu tidak akan menangis mirip saat ini. Dasar anak dungu!"
Sang anak pulang berlinang air mata sambil memberanikan diri menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana kata-istilah itu mampu keluar dari bibir ayahnya sendiri.
"iya ayah, kelak saya tidak akan menangisi kepergian ayah mirip saya menangisi kepergiannya. Dialah orang yang menuntun tanganku guna salat jumat dan salat subuh berjamaah. Dialah yg membuatku sadar bahwa sahabat-sahabat bergaulku memberi efek yang buruk . Asal dialah aku belajar membaca al-quran," ujar sang anak menggunakan air mata yang masih berlinang. Anak pria itu mengucapkan seluruh istilah-konon menggunakan halus, tanpa meningkatkan sedikitpun nada suaranya.
"sementara ayah, didikan apa yang sudah ayah berikan padaku? Ayah memang ayahku secara biologis, namun kakek ahmad merupakan ayah bagi keimananku. Hari ini aku menangisi kepergiannya sebab dialah yg membuatku dekat dengan allah swt," lanjutnya sembari mengusap air mata yg tersisa. Pada dasarnya hatinya terasa sakit mengucapkan seluruh itu, tetapi itulah informasi yang beliau rasakan selama ini.
Waktu itu, oleh ayah membisu. Ada rasa sakit pada hatinya karena sang anak berani mengucapkan istilah-istilah itu. Tetapi sebuah fakta kadang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah kebohongan. Sang pria memahami bahwa apa yang dikatakan putranya merupakan sebuah liputan. Benar bahwa dirinya selama ini tidak pernah mengajarkan amalan serta didikan perihal kepercayaan sebagaimana kewajiban orang tua di anaknya.
Pria itu akhirnya melelehkan air mata. Bulir-bulir air itu menetes pada pipinya. Dipeluknya anak pria yg tidak dia sadari sudah lebih tinggi serta semakin dewasa. Dulu putranya masih begitu mungil, kini tinggi mereka hampir sama. Dielusnya zenit kepala putranya, "maafkan ayah.."
Sejak malam itu, oleh laki-laki berjanji akan sebagai ayah yang baik. Tidak hanya mencukupi materi, tetapi juga mencukupi kebutuhan sang anak akan keimanan serta ketakwaan di allah swt. Beliau tak pernah lagi meninggalkan salat wajib dan salat jumat. Kini oleh ayah sudah bisa menjadi ayah sejati untuk anak serta keluarganya.
Ladies, semoga kisah ini membentuk anda dan famili ingat bahwa anak artinya titipan tuhan. Bagaimana dia tumbuh serta berkembang merupakan tanggung jawab orang tua, termasuk bagaimana membuatnya memiliki keyakinan teguh terhadap agamanya. Semoga anda menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak anda.