Kisah bayi yang tertukar pada keluarga muslim dan hindu
Wednesday, September 04, 2019
Edit
Kisah bayi yang tertukar pada keluarga muslim dan hindu,yg sekarang menolak dikembalikan Apa yang terjadi terhadap dua anak ini serupa jalan cerita film atau sinetron.Keduanya dilahirkan di tempat tinggal sakit hanya berselang beberapa menit kemudian secara tidak sengaja tertukar.
Orang tua biologis keduanya tidak selaras, yg satu keluarga muslim, satunya hindu.Dalam perjalanannya, salah satu famili membawa perkara ini ke pengadilan dan yang akan terjadi dna menandakan bahwa anak yang mereka asuh bukan anak biologis mereka.Persoalannya merupakan, saat akhirnya 2 keluarga bersedia mengembalikan anak yang mereka besarkan, anak-anak ini menolak diambil oleh orang tua biologis masing-masing.
Salma parbin semenjak awal pada dasarnya sudah merasa bahwa bayi yang dia bawa balik dari satu tempat tinggal sakit di assam, india, di maret 2015 cita rasanya bukan anaknya yg pada dasarnya.
Salma menyinggung soal perasaannya ini ke sang suami, shahabuddin ahmed."istri aku mengatakan ini bukan anak kita ... Dia berkata mungkin bayi kami tertukar," kata shahabuddin kepada wartawan bbc geeta pandey.
Dia sendiri tidak terlalu percaya akan tetapi istrinya konfiden bahwa anak yg dibawa kembali bukan anak yg dilahirkan di tempat tinggal sakit."ketika saya melihat wajahnya, saya ragu," istilah salma soal bayi yg dia bawa balik .Salma menuturkan bayinya -yg dia beri nama jonait- mengingatkan di seorang bunda yang menjalani persalinan di hari yg serupa di tempat tinggal sakit.
"paras jonait seperti sekali dengannya. Matanya serupa menggunakan mata perempuan itu," kata salma. "pada famili kami tak ada yg punya mata mirip jonait," tambahnya.Meski awalnya sempat ragu dengan perasaan sang istri, shahabuddin membawa problem ini ke tempat tinggal sakit dan kepada pejabat rumah sakit dia sampaikan bahwa mungkin bayinya tertukar.Tapi pejabat ini berkata bahwa istrinya mungkin sakit jiwa dan perlu bantuan psikiater.
'Tak Sampai hati'
Shahabuddin tidak menyerah. Ia lantas mengajukan petisi meminta rumah sakit mengeluarkan rincian wacana bayi-bayi yang lahir pada tempat tinggal sakit yang bersamaan menggunakan saat lahirnya jonait.Ada tujuh bayi yang lahir pada saat yang hampir bersamaan. Shahabuddin pula mendapatkan isu wacana tujuh bunda yang melahirkan, di antaranya bernama shewali boro.
"aku dua kali datang ke desanya tetapi terus terperinci saya tak hingga hati guna mengetuk pintu rumahnya," istilah shahabuddin."akhirnya aku menulis surat kepadanya. Saya katakan bahwa kami meyakini bayi kami tertukar dengan bayinya. Saya bertanya apakah ia juga merasakan hal yg serupa. Aku tulis angka telepon kami pada akhir surat menggunakan harapan dia akan menghubungi kami," celoteh shahabuddin.
Shewali serta suaminya, anil, tinggal di desa kesukuan yg berjarak kurang lebih 30 kilometer dari rumah shahabuddin dan salma.Berbeda dengan shahabuddin serta istrinya yang memeluk islam, shewali dan secara umum dikuasai warga pada desanya merupakan pemeluk hindu.
Anil berkata selama ini beliau serta istrinya tidak pernah curiga bayi mereka tertukar sampai mereka mendapatkan surat dari shahabuddin. Bagi anil dan shewali, bayi yang tertukar artinya hal yang mustahil terjadi.Akan tetapi keyakinannya eksklusif berubah begitu ia serta istrinya bertemu famili shahabuddin."ketika Pertama kali melihat jonait, saya menyadari bila wajahnya seperti menggunakan suami saya. Saya duka serta menangis," istilah shewali. Penampilan jonait memang tidak serupa kebanyakan masyarakat muslim pada assam.
"mata kami lebih sipit. Terdapatpengaruh mongolia pada penampakan fisik kami,"kata shewali. Salma berkata begitu dia melihat anak shewali -yg diberi nama riyan- dia pribadi yakin ia merupakan anak kandungnya.Pada rendezvous ini, salma dan suaminya mengusulkan supaya 2 anak ini ditukar saja, tapi ibu shewari menolak.Di luar 'upaya kekeluargaan' ini, shahabuddin melakukan tes dna di agustus 2015 guna menambah keyakinan bahwa riyan artinya anak kandungnya.
Jawabannya mengukuhkan bahwa tidak terdapat kecenderungan genetik antara salma serta jonait. Shahabuddin jua melaporkan masalah ini ke polisi di desember 2015 setelah pihak tempat tinggal sakit berkata tidak bisa menuntaskan masalah bayi yang tertukar ini.Hemanta baruah, pejabat polisi yang mempelajari perkara ini, pada bbc berkata dia meminta dokumen di rumah sakit yg terkait dengan kelahiran jonait dan riyan.
Dia pula berkunjung ke tempat tinggal salma dan shewali untuk membantunya menyelesaikan kasus.Buat mendapatkan bukti ilmiah, baruah meminta dua keluarga ini melakukan tes darah. Di november 2016 didapat hasil uji laboratorium yg menyimpulkan bahwa dua bayi ini memang tertukar.Baruah menyarankan shahabuddin buat membawa masalah ini ke pengadilan sebab hanya hakim yg bisa memerintahkan penukaran anak.
Shahabuddin menerima saran ini serta di 4 januari kemudian hakim memanggil keluarganya serta keluarga shewali. Hakim setuju jonait diserahkan ke pasangan shewali dan anil sementara riyan dikembalikan ke pasangan shahabuddin-salma.Akan tetapi apa yg terjadi tidak mirip yang dibutuhkan ke 2 pasangan ini.Baik jonait maupun riyan sama-serupa tidak mau dipisahkan berasal orang tua yang selama ini membesarkan mereka.
"pengadilan mengatakan kalau kami ingin bertukar anak itu mampu dikerjakan ... Akan tetapi kami akhirnya mengurungkan cita-cita itu. Kami sudah mengasuh serta membesarkan anak dalam tiga tahun terakhir. Kami tidak bisa melepas anak ini begitu saja," istilah salma.
Diserahkan ke jonait serta riyan
"Lagi pula, jonait tidak berhenti menangis selama pada pengadilan. Dia duduk pada pangkuan adik ipar dan beliau tak mau lepas. Jonait memegangnya erat-erat," kata salma.Riyan juga begitu. Ia menangis dan tangannya memegang leher shewali.Suami shewali, anil, mengatakan menukar anak bukan tindakan yang bijak karena mampu melukai kejiawaan mereka. "mereka terlalu muda guna memahami apa yang sebenarnya terjadi," istilah anil.
Terlihat jelas bahwa baik shahabuddin-salma juga shewali-anil pada dasarnya tidak mau melepas anak yg selama ini mereka besarkan. Jonait dan riyan jua tidak dipisahkan dari orang tua yang selama ini mengasuh mereka.Jonait serta riyan bahkan tidak mau dipisahkan dari orang tua mereka meski hanya sesaat.
Saat ditanya apakah duduk perkara perbedaan agama mampu sebagai masalah kelak pada lalu hari, shahabuddin menjawab, "anak adalah hadiah asal ilahi. Ia terlahir tidak membawa kepercayaan . Keluarganyalah yg memilih apakah ia islam atau hindu."
Dia berkata jika dipaksakan, baik jonait maupun riyan tidak akan mampu mengikuti keadaan dengan orang tua yang baru, sebab kedua famili mempunyai budaya, bahasa, gaya hayati, dan hidangan yg serupa sekali berbeda.
Memang tidak mudah mencari jalan keluar. Meski hari ini ke 2 keluarga sudah menerima fenomena bahwa mereka membesarkan bukan anak kandung mereka, akan tetapi harus diakui ada ikatan emosional antara seorang serta anak yg dikandung selama sembilan bulan.
Akhirnya shahabuddin-salma dan shewali-anil menyerahkan penyelesaikan masalah ini saat jonait dan riyan bergerak dewasa.Izin jonait dan riyan sendiri yg memutuskan nantinya, istilah famili shahabudin dan famili shewali.Meski demikian, ke 2 famili putusan bulat untuk saling berkunjung dan sebagai semacam anggota keluarga baru. Harapannya tentu saja artinya terdapat interaksi antara anak serta orang tua kandung.