Kisah seorang pemuda penggali kubur di zaman Rasulullah saw
Thursday, September 05, 2019
Edit
Kisah seorang pemuda penggali kubur di zaman rasulullah saw-“ya allah, saya artinya hambamu yg sudah berbuat dosa akbar. Sekarang aku tiba ke pintumu, agar engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasihmu. Sungguh kamu maha pemurah kepada hamba-hambamu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepadamu...."
Pada kesempatan hari ini saya akan memposting sebuah kisah seorang pemuda penggali kubur, yang diambil asal buku mukasyafah al qulub karangan imam ghazali.
Diriwayatkan bahwa pada zaman rasulullah s.A.W, umar bin khaththab, galat seseorang sahabat terdekat rasullulah s.A.W menangis pada depan pintu tempat tinggal rasulullah s.A.W. Mendengar bunyi umar bin khaththab berada di luar, maka rasulullah s.A.W segera keluar serta bertanya kepada umar bin khaththab, “wahai umar mengapa kamu menangis?”
Kemudian umar menjawab: “wahai rasulullah, bersamaku terdapat seorang pemuda yang sudah menghasilkan hatiku duka dengan tangisnya.”
Kemudian rasulullah s.A.W memerintahkan umar agar membawa masuk anak muda tersebut ke dalam. Atas perintah tadi, umar bin khaththab lalu mengajak pemuda yang tiba bersamanya sambil keduanya permanen menangis.
Pemuda itu disuruh duduk di depan rasulullah s.A.W dan umar ibnu khaththab duduk pada sebelahnya. Rasulullah s.A.W kemudian bertanya: “wahai pemuda, mengapa kamu menangis?”
Pemuda itu menjawab sembari tetap menangis: “wahai rasulullah, dosaku sangat akbar dan aku takut allah memurkaiku…”
“apakah kamu sudah menyekutukan allah menggunakan sesuatu?” tanya baginda s.A.W.
“tak, ya rasul,” sahut pemuda itu sembari permanen menangis.
“apakah engkau telah membunuh seseorang menggunakan alasan yg tidak sahih?” rasulullah s.A.W kembali bertanya.
“tidak ya rasul,” sahut pemuda itu sambil terus menangis.
Kemudian rasulullah s.A.W bersabda: “benar-benar, dosamu sebanyak apa pun, allah akan mengampuninya, sekalipun memenuhi langit dan bumi.”
“sungguh dosaku lebih besar berasal itu, ya rasul,” sahut pemuda itu.
“apakah akbar dosamu melebihi arasy? Besar mana dengan arasy?” tanya baginda s.A.W lagi.
“dosaku sangat akbar, ya rasulullah.”
“lalu akbar mana dosamu menggunakan keagungan, ampunan, dan rahmat allah?” tanya rasulullah s.A.W.
“tentu keagungan, ampunan, serta rahmat allah lebih akbar. Namun dosaku sangat akbar, ya rasulullah” jawabnya masih pada keadaan menangis terisak-isak.
Karena kurang paham maksud pengakuan dari pemuda itu, akhirnya rasulullah s.A.W mendesaknya, “cobalah katakan dosa apa yang pernah engkau perbuat?”
“saya malu menyebutnya, ya rasulullah…” kata si pemuda itu.
Karena rasulullah s.A.W terus mendesak pemuda itu buat berkata dosanya secara jujur. Maka menggunakan perasaan malu dan takut, pemuda itupun menceritakan dosa yg dilakukannya.
“wahai rasulullah, aku ini seseorang penggali kubur, semenjak tujuh tahun lalu. Sampai meninggalnya puteri asal seorang sahabat ansar. Melihat kecantikan serta kemontokan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Sesudah kuburan sepi, ku bongkar kuburnya dan ku telanjangi mayat gadis itu. Sesudah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat ku tahan, lalu ku setubuhi. Saya terkejut, tiba-tiba mayat gadis itu berkata, “tidakkah engkau membuat malu kepada allah, pada hari allah menghukum orang-orang yg berbuat zalim, ad interim kamu menelanjangiku serta menyetubuhiku diantara orang-orang yg telah tewas. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan allah!”
Mendengar pengakuan asal si pemuda itu, rasulullah s.A.W segera bangkit berdiri serta meninggalkannya, seraya berseru: “hai pemuda fasik, pergilah! Jangan kamu dekati aku ! Nerakalah tempatmu kelak!”
Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan tempat tinggal rasulullah s.A.W seraya menangis. Beliau berjalan menggunakan arah tidak menentu keluar kampung. Sampailah beliau di padang pasir yg luas lagi panas. Tujuh hari lamanya dia tak makan serta minum karena penyesalan serta kesedihan yg sangat mendalam sampai lemahlah suasana tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, kemudian lalu jatuh tersungkur di kawasan itu. Di atas pasir ia bersujud kepada allah, lalu berdoa serta memohon ampunannya pada tangisnya.
“ya allah, saya ialah hambamu yang sudah berbuat dosa akbar. Sekarang aku tiba ke pintu-mu, supaya engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih-mu. Benar-benar kamu maha pemurah pada hamba-hamba-mu serta tiada tersisa harapanku kecuali kepadamu. Ya allah tuhanku, sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah barah-mu berasal sisi-mu, dan bakarlah tubuhku menggunakan barah-mu pada dunia ini, daripada kau bakar tubuhku di akhirat nanti.”
Setelah itu malaikat jibril a.S tiba pada rasulullah s.A.W. Usai menyampaikan salam dari allah, jibril a.S mengatakan: “wahai muhammad, allah s.W.T bertanya kepadamu, “apakah engkau yang membangun makhluk?”
“bahkan dialah yang membentuk diriku serta mereka,” jawab rasulullah s.A.W.
“apakah engkau memberi rezeki kepada mereka?” tanya jibril a.S.
Rasulullah s.A.W menjawab: “bahkan beliau memberi rezeki padaku dan mereka.”
Pada kesempatan hari ini saya akan memposting sebuah kisah seorang pemuda penggali kubur, yang diambil asal buku mukasyafah al qulub karangan imam ghazali.
Diriwayatkan bahwa pada zaman rasulullah s.A.W, umar bin khaththab, galat seseorang sahabat terdekat rasullulah s.A.W menangis pada depan pintu tempat tinggal rasulullah s.A.W. Mendengar bunyi umar bin khaththab berada di luar, maka rasulullah s.A.W segera keluar serta bertanya kepada umar bin khaththab, “wahai umar mengapa kamu menangis?”
Related
Kemudian umar menjawab: “wahai rasulullah, bersamaku terdapat seorang pemuda yang sudah menghasilkan hatiku duka dengan tangisnya.”
Kemudian rasulullah s.A.W memerintahkan umar agar membawa masuk anak muda tersebut ke dalam. Atas perintah tadi, umar bin khaththab lalu mengajak pemuda yang tiba bersamanya sambil keduanya permanen menangis.
Pemuda itu disuruh duduk di depan rasulullah s.A.W dan umar ibnu khaththab duduk pada sebelahnya. Rasulullah s.A.W kemudian bertanya: “wahai pemuda, mengapa kamu menangis?”
Pemuda itu menjawab sembari tetap menangis: “wahai rasulullah, dosaku sangat akbar dan aku takut allah memurkaiku…”
“apakah kamu sudah menyekutukan allah menggunakan sesuatu?” tanya baginda s.A.W.
“tak, ya rasul,” sahut pemuda itu sembari permanen menangis.
“apakah engkau telah membunuh seseorang menggunakan alasan yg tidak sahih?” rasulullah s.A.W kembali bertanya.
“tidak ya rasul,” sahut pemuda itu sambil terus menangis.
Kemudian rasulullah s.A.W bersabda: “benar-benar, dosamu sebanyak apa pun, allah akan mengampuninya, sekalipun memenuhi langit dan bumi.”
“sungguh dosaku lebih besar berasal itu, ya rasul,” sahut pemuda itu.
“apakah akbar dosamu melebihi arasy? Besar mana dengan arasy?” tanya baginda s.A.W lagi.
“dosaku sangat akbar, ya rasulullah.”
“lalu akbar mana dosamu menggunakan keagungan, ampunan, dan rahmat allah?” tanya rasulullah s.A.W.
“tentu keagungan, ampunan, serta rahmat allah lebih akbar. Namun dosaku sangat akbar, ya rasulullah” jawabnya masih pada keadaan menangis terisak-isak.
Karena kurang paham maksud pengakuan dari pemuda itu, akhirnya rasulullah s.A.W mendesaknya, “cobalah katakan dosa apa yang pernah engkau perbuat?”
“saya malu menyebutnya, ya rasulullah…” kata si pemuda itu.
Karena rasulullah s.A.W terus mendesak pemuda itu buat berkata dosanya secara jujur. Maka menggunakan perasaan malu dan takut, pemuda itupun menceritakan dosa yg dilakukannya.
“wahai rasulullah, aku ini seseorang penggali kubur, semenjak tujuh tahun lalu. Sampai meninggalnya puteri asal seorang sahabat ansar. Melihat kecantikan serta kemontokan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Sesudah kuburan sepi, ku bongkar kuburnya dan ku telanjangi mayat gadis itu. Sesudah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat ku tahan, lalu ku setubuhi. Saya terkejut, tiba-tiba mayat gadis itu berkata, “tidakkah engkau membuat malu kepada allah, pada hari allah menghukum orang-orang yg berbuat zalim, ad interim kamu menelanjangiku serta menyetubuhiku diantara orang-orang yg telah tewas. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan allah!”
Mendengar pengakuan asal si pemuda itu, rasulullah s.A.W segera bangkit berdiri serta meninggalkannya, seraya berseru: “hai pemuda fasik, pergilah! Jangan kamu dekati aku ! Nerakalah tempatmu kelak!”
Pemuda itu pun segera keluar meninggalkan tempat tinggal rasulullah s.A.W seraya menangis. Beliau berjalan menggunakan arah tidak menentu keluar kampung. Sampailah beliau di padang pasir yg luas lagi panas. Tujuh hari lamanya dia tak makan serta minum karena penyesalan serta kesedihan yg sangat mendalam sampai lemahlah suasana tubuhnya tak kuasa lagi berjalan, kemudian lalu jatuh tersungkur di kawasan itu. Di atas pasir ia bersujud kepada allah, lalu berdoa serta memohon ampunannya pada tangisnya.
“ya allah, saya ialah hambamu yang sudah berbuat dosa akbar. Sekarang aku tiba ke pintu-mu, supaya engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih-mu. Benar-benar kamu maha pemurah pada hamba-hamba-mu serta tiada tersisa harapanku kecuali kepadamu. Ya allah tuhanku, sudilah menerima kehadiranku, kalau tidak datangkanlah barah-mu berasal sisi-mu, dan bakarlah tubuhku menggunakan barah-mu pada dunia ini, daripada kau bakar tubuhku di akhirat nanti.”
Setelah itu malaikat jibril a.S tiba pada rasulullah s.A.W. Usai menyampaikan salam dari allah, jibril a.S mengatakan: “wahai muhammad, allah s.W.T bertanya kepadamu, “apakah engkau yang membangun makhluk?”
“bahkan dialah yang membentuk diriku serta mereka,” jawab rasulullah s.A.W.
“apakah engkau memberi rezeki kepada mereka?” tanya jibril a.S.
Rasulullah s.A.W menjawab: “bahkan beliau memberi rezeki padaku dan mereka.”
“apakah engkau menerima taubat mereka?” tanya jibril a.S guna kali yg sekiannya.
“bahkan dia yg berhak mendapatkan taubat dan mengampuni dosa-dosa hamba-nya” ujar rasulullah s.A.W.
Jibril a.S kemudian mengatakan, allah berfirman kepadamu; “telah tiba kepadamu seorang hamba-ku dan beliau menunjukan satu dosa berasal beberapa dosanya, maka engkau berpaling (murka ) kepadanya asal dosanya, maka bagaimana situasai orang-orang mukmin kelak, apabila mereka tiba menggunakan dosa yg poly lagi akbar ibarat gunung yang besar ? Engkau merupakan utusan-ku yang aku utus sebagai rahmat buat seluruh alam. Maka jadilah engkau orang yg sayang menyayangi pada seluruh orang yang beriman, sebagai penolong bagi orang-orang yg telah berdosa serta memaafkan keterlanjuran dan kesalahan mereka (hamba-ku); karena sesungguhnya saya sudah mengampunkannya (mendapatkan taubatnya) dan dosanya.”
Lalu rasulullah s.A.W. Mengutus beberapa orang sahabat, maka mereka temui pemuda tadi kemudian menyampaikan khabar gembira kepadanya menggunakan maaf dan ampunan-nya. Kemudian mereka membawa pemuda tadi berjumpa rasulullah yg mana ketika itu beliau (rasulullah) sedang menunaikan sembahyang maghrib, serta merekapun bermakmum di belakangnya.
Ketika rasulullah s.A.W. Membaca surah al fatihah yg dilanjutkan menggunakan surah at-takaatsur (al haakumuttakaatsur), sesampai baginda membaca ‘hattaa zurtumul maqaabir’ (kamu sudah dilalaikan sehingga engkau masuk kubur), maka berteriaklah pemuda itu menggunakan keras sekali pribadi jatuh. Saat mereka selesai sembahyang, mereka dapati pemuda itu sudah mangkat dunia. Mudah-mudahan allah taala membelas kasihaninya.