Kepada Allah Berserah diri

Karena bingung menghadapi persoalan hidup ini, seorang hamba Allah dia terperangkap gang buntu kehidupan. Maju, tidak ada harapan. Mundur, malu menghadang. Rasanya seperti tidak tidak punya muka untuk minta tolong ke siapapun, karena tetangga juga sudah sering memberikan pertolongan. Sudah malu minta bantuan saudara, sebab sudah sering minta bantuan. Mau nekat mengakhiri hidup masih ragu dan takut. Namun, usaha selalu gagal terus menerus. Gagal dan terus gagal lagi. Doa siang – malam juga sudah dilakukan,namun belum juga dikabulakn. Tahajud belum bisa rutin seperti yang diharapkan. Ikhtiar tak kenal siang malam.

Sayang, hidup seolah tidak pernah berpihak kepadanya. Tak ada perubahan sama sekali. Apalagi kebutuhan dan persoalan terus datang dan datang lagi seperti tidak ada hentinya. Hanya satu yang masih membuatnya bertahan. Kepercayaannya kepada Allah belum yang belum luntur sedikitpun. Masih ada, walau hanya seperti secercah cahaya di malam gulita.
tawakaltu allallah
Dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata, Rasulullah SAW bersabda; “Barangsiapa ditimpa kesulitan, lalu dia mengadukannya kepada manusia, maka kesulitan itu tidak akan teratasi. Barangsiapa ditimpa kesulitan, lalu mengadukannya kepada Allah, maka Allah segera memberinya rejeki cepat atau lambat.” (Rowahu Abu Dawud, at-Tirmidzi, dia berkata; Hadits Hasan Shahih Gharib.)

Di ujung keputus-asaan yang mendera dirinya, terbersit ide yang tidak biasa. Yaitu Nyleneh, walau sejalan hadits di atas. Tak tembus dengan doa, tak terjangkau dengan tahajud, tak jebol dengan ikhtiar, terpikir olehnya untuk berkirim surat untuk mendapatkan perhatian Allah. Mengadu hanya kepadaNya Allah. Segera dia mengambil pena dan selembar kertas. Mungkin dengan cara itulah, akan tuntas persoalan hidupnya. Tetapi bagaimana memulainya? Di mana alamatnya?Yang terus berkecamuk dalam hatinya.

Dorongan yang kuat membuat tangannya serasa dituntun menggerakkan pena menulis kata hatinya secara runtut. Singkat, padat,jelas dan langsung ke sasaran. Angan-angan lainnya terbuang begitu saja. Persoalan harus segera diselesaikan.

Kepada Allah Yth.Sudah lama saya hidup begini, di bawah garis kemiskinan. Sudah lama saya hidup bergelut dengan penderitaan. Namun atas pertolonganMu Ya Allah, saya masih bertahan. Masih sabar menjalani semua kenyataan ini. Hanya untuk keperluan biaya kelahiran istri, semoga Engkau memberikan kami rizqi yang cukup. Rasanya Rp 500 000 sudah cukup. Eh, tidak Rp 300.000,- pun sudah cukup, gak papa. Ya, itu saja.

Tanda tangan dari

HambaMu yang setia.
Di kolong langit - Jln K nomer Y Kota H.

Lalu surat itu dilipat ke dalam amplop dengan rapi dan dimasukkannya ke dalam kotak surat terdekat. Di amplop hanya ditulis besar – besar “Kepada Allah di Tempat.” Tanpa perangko. Tanpa alamat pengirimnya.Laksana gayung bersambut, surat tersebut lalu diambil dan disortir oleh tukang pos yang bertugas. Tidak dibuang. Rupanya isi dari surat itu menjadi daya tarik tersendiri. Pak Pos jadi bingung karena ada satu surat yang tidak masuk ke dalam boks pengelompokan surat. Dan dia pun kaget, demi melihat tulisan“Kepada Allah di Tempat.” Mau membukanya ingat kode profesi.

Mau mengembalikan tak ada alamat pengirim. Setelah di timbang-timbang sejenak, akhirnya dia mempunyai pikiran mengantar surat itu ke kantor polisi, yang terdekat. Karena yang ada dalam pikiran pak pos siapa tahu isinya mengenai teroris atau hal yang membahayakan kepada orang lain.
Pak Polisi pun mengalami hal yang sama – kaget – seperti yang dialami Tukang Pos. Namun karena pengaduan dan penjelasan Tukang Pos akan keamanan, maka Pak Polisi segera membuka surat tersebut.Jika memang surat ini membahayakan biar segera ditangani.

Sebab surat ini termasuk mencurigakan. Tak ada alamat pengirim. Dan alamat yang dituju sehingga penuh tanda tanya. Siapa sih yang tahu alamat Allah? Dengan permufakatan bersama, surat itu dibuka oleh Pak Polisi disaksikan oleh Pak Pos dan rekan polisi lainnya yang kebetulan sedang ada tugas dikontor tersebut.

Dengan penuh kehati-hatian surat itu lalu dibuka oleh pak polisi. Ujung surat digunting, setelah di lihat-lihat sebagai daerah aman. Tidak akan kena kertas suratnya. Kemudian kertas surat dikeluarkan. Lipatan surat itu dibuka sehingga tampak keseluruhan kertas surat tersebut. Segera mata Pak Polisi menelusuri barisan kata – kata itu dari mulai atas sampai ujung bawah, pak polisi pun sambil menahan nafas. Dan dengan melepas nafas lega, Pak Polisi segera memberitahukan isi surat kepada Tukang Pos dan rekan polisi lain yang setia menunggu ketika surat tersebut dibaca.

“Alhamdulillah, ternyata hanya aduan biasa saja. Isi surat ini hanya seseorang yang butuh uang untuk biaya melahirkan istrinya,” kata Pak Polisi.  Semuanya lega setelah mendengarnya.

“Ada yang tahu di mana alamat ini?”

Pak Pos menjawab, “Oh, saya tahu Pak arah-arahnya. Itu memang daerah terbelakang. Daerah tertinggal. Dekat jembatan.”

“Baiklah teman-teman, mari kita patungan untuk menyumbang si Bapak ini. 500 ribu cukuplah,” Kata Pak Polisi. Dan mereka pun patungan hingga terkumpul uang sejumlah itu. Atas saran dan petunjuk Pak Pos, dan sambil bertanya kesana – kemari Pak Polisi mengantarkan uang sumbangan tersebut kepada si pengirim surat.

“Apa betul Bapak yang mengirim surat ini?” kata Pak Polisi sambil menunjukkan surat di tangannya.

Sebelum menjawab, hamba Allah tersebut bingung bukan kepalang. Wajahnya pucat. Tangannya gemeteran. Selain bingung juga takut setengah mati berhadapan dengan polisi. Dalam hatinya dia berkata; “Kenapa suratnya bisa nyasar ke Pak Polisi? Apa kata tetangga nanti, kenapa dia didatangi polisi? Apa urusannya? Kan saya berkirimnya kepada Allah? Dan saya sering dimengusir-usir Polisi. Bagaimana ini bisa terjadi?”

Sementara si hamba Allah masih kebingungan dengan pikirannya, Pak Polisi segera meletakkan surat itu di depan dia dan segera berpamitan. Tak ada yang terucap sepatah kata pun dari lisan hamba Allah tersebut. Dia masih terpaku. Tenggelam dalam keheranannya.Setelah sadar dari kagetnya, diambilah surat itu. Rasanya lebih berat dari aslinya dulu. Dan dia pun segera membukanya. Surat itu masih lengkap dengan kertas awalnya, hanya sekarang di dalamnya ada Rp 500.000 seperti yang dia minta.

Maka ucapan syukur pun keluar dari lisan kecilnya; ‘Alhamdulillah,,, Alhamdulillah,, Alhamdulillah,,,,,Ya Allaaaah,!!!!  Engkau sudah  membalas suratku’. Namun, tiba – tiba dia tersadar. Mungkin karena citra polisi selama ini sangat negatif yang dibentuk di dalam hatinya, sontak dia menggerutu; “Ya Allah mengapa engkau berikan permintaanku lewat Polisi? Padahal Engkau sudah tahu bagaimana perbuatan Polisi itu?..!”

Cerita di atas hanyalah ilustrasi semata. Begitulah cerita hidup. Kadang terjadi hal-hal tidak terduga. Karena manusia memang penuh reka daya. Orang Jawa bilang pepekoh. Sudah ditolong, malah berprasangka. Penginnya hidup itu ya lancar terus tak ada hambatan sedikitpun. Lempeng terus. Eunak terus! Dari awal sampai akhir. Lahir di istana, muda kaya – raya, tua foya – foya dan mati masuk surga. Sangat Pol. Itu maunya semua orang yang hidup. Sengsara tidak mau. Menderita, jangan. Susah, no. Sedangkan yang punya hidup punya skenario lain, sebab sikap seperti itu, maka sering kita terbelenggu.

Hidup jadi tidak indah, katanya. Banyak orang tidak siap menerima kenyataan yang jelek. Akhirnya mengambil jalan pintas. Ada yang mengakhiri hidup. Ada yang ke dukun. Mendatangi orang pintar. Yang tujuannya semua untuk mengusir kesusahan. Padahal kesusahan, kesulitan itu pasti akan datang dan menjumpai setiap orang yang hidup.Hanya kadarnya yang berbeda. Ada yang besar, ada yang kecil. Dan tergantung bagaimana menyikapinya

Allah berfirman : “Dan demikian itu hari (kemenangan dan kekalahan) Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (QS Ali Imron 140 – 141)

Itulah misteri hidup di dunia ini! Dan setiap hamba akan mendapat predikat seiring bagaimana ia menguak misteri itu. Ada kalanya masuk dalam kategori iman, ada kalanya masuk dalam katagori sebaliknya.Semoga ini bisa bermanfaat bagi setiap insan.
Oleh : Faizunal Abdillah.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel